BRIDA, Tim Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Brida Kabupaten Buleleng lanjutkan koordinasi dan survey lapangan terhadap pengusaha kopi di Desa Gitgit, Desa Wanagiri, dan Desa Sekumpul Kabupaten Buleleng, Senin (23/6). Tujuan Tim HKI untuk mengecek dan melakukan survey keberadaan usaha kopi sebagai tindak lanjut rekomendasi BPK untuk memfasilitasi pengakuan hak merek dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum.
Di Desa Gitgit berkoordinasi dengan pengusaha kopi merek “Cito” yang
dimiliki Wayan Sudira. Sebelumnya merek kopi Cito begitu terkenal di daerah
Gitgit dengan proses produksi bubuk kopi yang sederhana, menjadikan cita rasa
kopi yang sangat baik untuk dinikmati.
Menurut Wayan Sudira, dalam beberapa tahun terakhir sejak covid melanda,
usaha ini belum bisa melanjutkan produksi kopinya karena kendala tenaga kerja
untuk melanjutkan usahanya serta kenaikan harga kopi semakin tinggi.
Bali tidak hanya terkenal dengan pantai dan budayanya, tetapi juga dengan
perkebunan kopi seperti kopi bermerek “Wanagiri Coffee Plantation” dengan
pemilik Wayan Restika. Terletak di kawasan Bedugul, perkebunan ini menawarkan
pengalaman unik bagi penikmat kopi, khususnya kopi luwak, yang terkenal sebagai
salah satu kopi termahal di dunia. Wanagiri menghasilkan kopi Arabika, Robusta,
dan kopi luwak, di mana kualitas tanah vulkanik dan iklim sejuk memberikan rasa
khas pada kopinya.
Kopi luwak diproses secara unik, melalui fermentasi alami dalam saluran
pencernaan luwak, menciptakan rasa yang lebih halus dan kompleks. Pengunjung
dapat melihat proses pengolahan kopi ini secara langsung, dari biji hingga
cangkir, sekaligus mencicipi berbagai jenis kopi di tengah keindahan alam
sekitar. Usaha yang digeluti Wayan Restika dimulai sejak tahun 2018 dengan khas
kopi luwak asli. Para penikmatnya dari wisatawan asing yang mengunjungi wisata
Bedugul. Dengan cita rasa delapan varian kopi yang diciptakannya, dapat menarik
wisatawan untuk mengujungi Caffe Kopi dan menikmati langsung dikebunnya.
Berdasarkan keterangan Wayan Restika, selain kopi berkualitas, perkebunan
ini juga menerapkan pertanian berkelanjutan, menghindari penggunaan bahan kimia
berbahaya dan menjaga ekosistem lokal. Dengan pengalaman wisata yang menawarkan
edukasi tentang kopi dan lingkungan, Wanagiri Coffee Plantation menjadi
destinasi yang sempurna bagi pecinta kopi dan alam.
Lain halnya dengan di Desa Sekumpul dengan ketinggian 700 mdpl, sangat baik untuk pertumbuhan kopi yang dihasilkannya, sehingga banyak usaha kopi tradisional yang dikembangkan. Usaha kopi dengan merek “Basukian, Balinese Pure Coffe” yang dimiliki oleh Gede Juli Hendrawan telah memproduksi bubuk kopi selama dua tahun dari jenis kopi robusta.
Menurutnya, proses roasting telah menggunakan mesin modern, pengilingan
dengan pemanas gas dan dinamo listrik, packing dengan menggunakan mesin digital
sehingga merek kopi lebih menarik. Dari
hasil produksi yang dihasilkan lebih banyak dipasarkan di Kota Denpasar. #Igs.