BRIDA, Dalam upaya mendorong transformasi birokrasi yang lebih adaptif, solutif, dan berdampak langsung bagi masyarakat, Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Kabupaten Buleleng menyelenggarakan rapat persiapan pelaksanaan lomba inovasi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Tahun 2025, Selasa (8/7).
Agenda ini menjadi langkah strategis dalam memperkuat sinergi antara tim
juri, perangkat daerah, serta akademisi dalam mewujudkan inovasi daerah yang
berkelanjutan dan relevan dengan kebutuhan pelayanan publik.
Rapat yang berlangsung di ruang rapat Brida, dipimpin Adhy Wicaksana
selaku Analis Kebijakan Ahli Muda, yang juga menjadi penggerak utama pelaksanaan
lomba inovasi di lingkup Brida. Dalam paparan, Wicaksana menekankan bahwa
inovasi bukanlah tujuan akhir, melainkan proses berkelanjutan yang harus
menjadi bagian dari budaya kerja di setiap perangkat daerah.
Hadir sebagai narasumber dan anggota Tim Juri Lomba adalah para akademisi
dan praktisi yang telah lama berkecimpung dalam bidang inovasi dan tata kelola
pemerintahan daerah, yakni Prof. Dr. I Nengah Suastika dari Universitas
Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja; Dr. Gede Sandiasa dari Universitas
Panji Sakti (Unipas) Singaraja; Wayan Supada, S.E., M.M., dari Institut Agama
Hindu Negeri (IAHN) Mpu Kuturan Singaraja; Desak Putu Suastini, S.E., dari
Bagian Organisasi Setda Buleleng; serta I Made Ardaka, S.Si., M.Si., dari Brida
Buleleng.
Dalam rapat tersebut, para juri menyepakati penggunaan indikator
penilaian inovasi yang berbasis regulasi, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2017 tentang Inovasi Daerah dan Peraturan Bupati Buleleng Nomor 23 Tahun
2023 tentang Inovasi Daerah. Indikator ini dirancang tidak hanya menilai aspek
kreativitas dan kebermanfaatan, tetapi juga kesinambungan, keberdayaan
internal, serta dampaknya terhadap pelayanan publik.
Menurut Prof. Dr. I Nengah Suastika, catatan mendalam terkait inovasi
terbaik adalah yang mampu hidup dan berkembang melampaui lomba. Prof. Suastika
juga mengingatkan bahwa tanpa keberlanjutan, inovasi hanya akan menjadi
dokumentasi belaka. "Yang kita butuhkan adalah inovasi yang terus
bernapas, yang tidak hanya sekadar memenangkan kompetisi, tetapi menjawab kebutuhan
masyarakat secara nyata”, ujarnya.
Pernyataan yang serupa, Desak Putu Suastini juga menggarisbawahi perlunya
sistem evaluasi berkala terhadap inovasi yang telah dikembangkan OPD. Ia
menekankan bahwa budaya inovasi perlu dibentuk secara sistemik, dimulai dari
perencanaan program hingga tahap implementasi dan pelaporan. "Jika tidak
ada evaluasi dan dukungan berkelanjutan, maka inovasi hanya akan menjadi produk
sesaat”, tegasnya.
Selanjutnya, Adhy Wicaksana menyampaikan hasil evaluasi lapangan dari
Brida. Menurutnya, banyak inovasi OPD yang tidak berlanjut setelah lomba usai.
Penyebab utamanya adalah motivasi yang hanya muncul karena adanya kompetisi,
bukan karena kebutuhan internal atau kesadaran akan pentingnya perbaikan
layanan publik. Sebagian besar inovasi muncul karena adanya lomba, bukan karena
kebutuhan riil untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan. Ini tantangan besar
bersama. Dukungan pimpinan OPD juga menjadi penentu utama sebuah inovasi bisa
dijalankan secara optimal.
Rapat ini menjadi lebih dari sekadar agenda teknis, dimana menjadi forum
refleksi kolektif tentang arah kebijakan inovasi daerah ke depan. Tim Juri
sepakat bahwa kesadaran kolektif, dukungan pimpinan OPD, serta integrasi
inovasi dalam tugas pokok dan fungsi (tupoksi) perangkat daerah adalah kunci
utama menuju ekosistem inovasi yang sehat dan berdaya tahan. Selain itu,
pelaksanaan lomba inovasi tahun ini diharapkan dapat memacu semangat kompetitif
yang sehat, mendorong kolaborasi lintas sektor, dan menciptakan solusi nyata
atas berbagai persoalan pelayanan publik.
Brida Kabupaten Buleleng sebagai motor penggerak inovasi akan terus memperkuat peran monitoring, pendampingan, dan pembinaan terhadap inovasi di setiap OPD, agar tidak hanya berhenti sebagai ide, namun mampu diimplementasikan secara konsisten dan berdampak luas.
Lomba Inovasi OPD 2025 bukan hanya tentang siapa yang menang. Lebih dari
itu, ini adalah tentang bagaimana kabupaten ini membangun masa depan pelayanan
publik yang lebih cerdas, cepat, dan tepat guna. #Wck.