Kabupaten Buleleng memiliki
wilayah yang berbukit dan berpantai (nyegara gunung), dengan tipe iklim cukup
beragam dari C hingga F menurut klasifikasi Smith dan Fergusson. Kondisi
geografis yang demikian menyebabkan Kabupaten Buleleng memiliki beragam produk
pertanian, yang tersebar pada lahan peruntukan pertanian seluas 48.741,51 ha
atau sekitar 35,68% dari luas wilayah kabupaten (Perda Kab. Buleleng No. 9
Tahun 2013). Secara eksisting lahan pertanian tersebut antara lain berupa sawah
beririgasi seluas 9.449 ha; lahan sawah tadah hujan 48 ha; tegalan/kebun 37.398
ha; dan perkebunan 31.463 ha (Dinas Pertanian Kab. Buleleng, 2022).
Sekitar 72,51% penduduk
Buleleng menggantungkan penghidupan dari pengelolaan pertanian (Paramartha et
al., 2017), baik kegiatan di bagian hulu (0n farm), seperti penyediaan saprodi,
mengelola usahatani dan lain-lain, maupun kegiatan di hilir (off farm), seperti
pengolahan pasca panen, pemasaran, dan lain-lain, yang tergabung dalam 2.731
kelompok tani; 173 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan); 15 Kelompok Ekonomi
Produktif; 310 subak dan 210 subak abian (Dinas Pertanian Kab. Buleleng, 2022).
Sebagaimana diketahui,
setiap daerah memiliki produk unggulan pertanian yang berbeda-beda. Untuk di
Kabupaten Buleleng, Bappeda Kab. Buleleng (2014) melaporkan, komoditas andalan
Kabupaten Buleleng meliputi: (1) tanaman pangan: padi dan umbiumbian, jagung
dan kacang tanah; (2) tanaman hortikultura: mangga arumanis, anggur, sawo,
sayur-sayuran; (3) tanaman Perkebunan: kopi arabika, kopi robusta, cengkeh,
tembakau, kelapa, jambu mete, vanili dan kakao; (4) tanaman kehutanan: kayu
hutan rakyat dan madu; dan (5) perikanan: mutiara, hetchery bandeng, hetchery
kerapu, KJA ikan karang dan udang. Komoditas ekspor Kabupaten Buleleng
meliputi: (1) Tanaman hortikultura: mangga arumanis; (2) Tanaman perkebunan:
kopi arabika, kopi robusta, vanili dan kakao; dan (3) Perikanan: mutiara,
hetchery bandeng, hetchery kerapu dan ikan karang/ikan kerapu. Sedangkan
komoditas ekspor unggulan Kabupaten Buleleng meliputi: (1) Tanaman perkebunan:
kopi arabika; (2) Perikanan: mutiara, hetchery bandeng, hetchery kerapu, dan
ikan kerapu.
Paramartha et al. (2017) menambahkan, produk unggulan sektor pertanian yang menjadi penggerak perekonomian berdasarkan nilai produksi adalah produk tanaman pangan berupa jagung, tanaman sayuran berupa bawang putih dan cabai, tanaman buahbuahan berupa durian, jambu biji, sawo, pepaya dan jambu monyet. Pada tanaman perkebunan berupa kopi arabika. Lebih lanjut dinyatakan, pola dan struktur pertumbuhan produk pertanian di Kabupaten Buleleng yaitu produk unggulan tanaman pangan menurut produk basis dan rasio pertumbuhan adalah produk jagung. Tanaman kacang tanah dan padi sawah pertumbuhannya lambat, namun mempunyai kontribusi yang besar. Produk unggulan tanaman sayuran Kabupaten Buleleng tahun 2010 sampai dengan 2015 adalah bawang putih dan cabai, karena merupakan produk prima. Produk bawang merah, tomat, buncis dan kangkung merupakan produk yang berkembang walaupun belum menjadi produk basis, yang termasuk dalam produk potensial adalah kubis. Sedangkan yang termasuk produk terbelakang adalah sawi dan kacang panjang.
Produk unggulan yang dilaporkan oleh Bappeda Kabupaten Buleleng (2014) maupun Paramartha et al. (2017) merupakan hasil kajian 6-9 tahun yang lalu. Memperhatikan perkembangan teknologi dan adanya pergeseran nilai produksi produk pertanian, maka produk unggulan pertanian Kabupaten Buleleng perlu ditinjau (review) kembali. Secara empiris terdapat pula beberapa produk pertanian yang memiliki nilai produksi cukup tinggi, seperti mangga, durian, manggis dan rambutan. Produk unggulan yang didapatkan dari hasil review selanjutnya dikaji praktek hilirisasi yang sudah berjalan dan potensi hilirisasi yang dapat dikembangkan lebih lanjut.
Pemerintah mendorong hilirisasi pertanian melalui pengembangan industri pengolahan hasil pertanian menjadi produk olahan turunannya sehingga memberikan nilai tambah (added value) kepada petani dan meningkatkan nilai tukar petani. Disamping itu, hilirisasi pertanian sangat berguna untuk mewujudkan kedaulatan pangan dan peningkatan ekonomi masyarakat. Hilirisasi pertanian di Kabupaten Buleleng sudah dilakukan. Hal ini dapat diamati dari adanya usaha- usaha industri pengolahan hasil pertanian di daerah. Namun demikian, secara faktual Kabupaten Buleleng masih menghadapi sejumlah persoalan di bidang pertanian. Petani masih menghadapi ketidakpastian harga. Hampir selalu terjadi, harga sangat murah bahkan beberapa hasil pertanian sulit dipasarkan ketika panen raya. Kondisi obyektif ini menunjukkan, hilirisasi pertanian di Kabupaten Buleleng perlu lebih dioptimalkan. Laporan ini merupakan hasil akhir kajian analisis produk unggulan pertanian daerah Kabupaten Buleleng dan model hilirisasinya.
Sumber: Himpunan Hasil Riset dan Inovasi Daerah Brida Buleleng 2024 (halaman 16-17).