Atraksi kesenian Sapi Gerumbungan saat ini ibarat hidup segan mati tak mau. Hal itu disampaikan Ketua Kelompok Sapi Gerumbungan Desa Kaliasem Kecamatan Banjar Nyoman Suyasa, saat pertemuan dengan Tim Fasilitasi Kekayaan Intelektual Kabupaten Buleleng hari ini, (22/3) di Kantor Kepala Desa Kaliasem.
Ia menjelaskan karena jarangnya kalender of event untuk pementasan Sapi Gerumbungan, pihaknya dengan kelompok banyak yang menjual sapi unggulan untuk pementasan sapi gerumbungan, lantaran biaya pemeliharaan tidak mencukupi. "Biaya pemeliharaan untuk sapi unggulan ini sangat besar, lagi pula jarangnya ada event untuk pementasan, kelompok kami banyak yang sudah menjual sapinya", ungkapnya.
Oleh karena itu, ia mengharapkan kepada Pemerintah Daerah terutama dinas terkait agar bisa menjembatani, dan mengarahkan kembali petani ternak sapi untuk memelihara sapi unggulan ini. "Mohon dibuatkan event sapi gerumbungan minimal 3 kali setahun, seperti dulu pada bulan Agustus, Peringatan HUT Kota Singaraja dan saat Lovina Festival", ungkap Suyasa berharap.
Selain itu, tim juga mengunjungi Tradisi Mengarak Sokok dari Desa Pegayaman Kecamatan Sukasada. Sebuah tradisi kearifan lokal yang dipentaskan untuk mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan, dan dipentaskan saat hari raya Maulud Nabi . Tradisi unik dengan mengarak pajegan telor warna-warni keliling desa diiringi kesenian daerah.
Dua kearifan lokal ini akan didaftarkan untuk mendapatkan sertifikat hak atas Kekayaan Intelektual yang dimiliki desa ini. #Roy.