(0362) 27719
brida@bulelengkab.go.id
Badan Riset dan Inovasi Daerah

Potensi Unggulan di Kecamatan Kubutambahan Turut Beri Daya Ungkit Bagi Perekonomian

Admin brida | 27 Maret 2024 | 1792 kali

Rabu, 27 Maret 2024 Focus Group Discussion (FGD) Tingkat Kecamatan Balitbang Inovda Buleleng berlanjut di Kecamatan Kubutambahan, pada Penyusunan Kajian Analisis Produk Unggulan Pertanian Daerah Kabupaten Buleleng dan Model Hilirisasinya. Kegiatan FGD dibuka oleh Kasi Pembangunan Kantor Camat Kubutambahan, dan selanjutnya dipandu oleh Kepala Bidang Bidang Ekonomi dan Pembangunan Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah (Balitbang Inovda) Kabupaten Buleleng, I Gusti Ngurah Purnawirawan, M.E.

 

FGD dihadiri oleh perwakilan dari Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, Dinas Perdagangan, Perindustrian dan Koperasi UKM Kabupaten Buleleng, Perbekel lingkup Kecamatan Kubutambahan, Majelis Alit Subak Kecamatan Kubutambahan, Koordinator PPL dan PPL BPP Kubutambahan, dan Tim Pelaksana Kajian dari Universitas Panji Sakti Singaraja.

 

Ketua Tim Pelaksana Dr. Ir. Putu Suwardike, MP., dalam paparannya menyampaikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup, sasaran/output penelitian, kebaruan penelitian, pemanfaatan hasil penelitian dan metodologi penelitian yang digunakan. Tujuan dilaksanakannya FGD ini adalah untuk menggali informasi dan penyamaan persepsi mengenai produk unggulan daerah pertanian di Kecamatan Kubutambahan yang mampu memberikan daya ungkit bagi perekonomian di kecamatan dan mendukung peningkatan PDRB Kabupaten.

 

Perwakilan Desa Pakisan menyampaikan jenis tanaman Hortikultura yang ada, yaitu cabai dan padi. Disampaikan pula permasalahan yang dihadapi saat panen raya, rentannya cabai membusuk dan harga turun saat kondisi seperti itu. Jika harga cabai diturunkan maka biaya produksi yang dikeluarkan petani tidak menutupi.

 

Dari Desa Kubutambahan menyampaikan potensi padi unggul yang dimiliki, namun belum ada hilirisasinya sehingga saat panen banyak tengkulak dari Jembrana membeli langsung dan memakai alat berat yang berdampak mengurangi pemakaian tenaga kerja setempat. Adapun sub sektor perikanannya berupa tuna, tongkol, layang, dan mahi dengan permasalahan masih didominasi oleh tengkulak pada saat ikan banyak. Ketika ikan tidak laku pernah diolah menjadi abon, tetapi tidak sesuai dengan biaya yang dikleuarkan serta pemasaran kurang. Pada sektor pertanian terdapat luas lahan sekitar 200 Ha, dengan permasalanhannya terkendala air. Terdapat empat subak yang dirubah menjadi palawija, yang hanya menggunakan alat manual, dan dimohon agar pemerintah atau yang terkait membantu membersihkan waled di irigasi sekunder.

 

Di Desa Bukti terdapat potensi jagung dan rambutan. Di Desa Tajun tentunya terdapat produksi unggulan cengkeh, durian dan manggis. Desa Tunjung memilik produksi unggulan mangga, dengan kendala saat panen raya ada penurunan harga. Desa Tambakan memiliki kondisi tanah yang subur, cocok untuk tanaman kopi, jeruk juga sayuran kubis, cabe dan tomat.

 

Terakhir, Desa Bulian memiliki potensi buah naga yang ditanam pada area seluas 25 Ha. Permasalahannya terletak pada pemasaran yang masih tradisional. Produk olahannya yaitu sirup dan krupuk. Tanaman yang potensial adalah mangga, namun perawatannya mahal sehingga nilai produksi dan ongkos tidak sesuai. Terdapat pula potensi peternakan sapid an hampir semua petani memelihara sapi. Diharapkan kepada pemerintah untuk mengadakan pelatihan cara mengolah kotoran hewan yang ramah lingkungan.

 

Koordinator PPL menginformasikan jika Kecamatan Kubutambahan memiliki potensi/komoditas unggulan, yaitu mangga harum manis dengan sistem pemasaran lokal dan ekspor. Durian memiliki luas tanam 159,77 Ha (12 desa), padi seluas 466,68 Ha (5 desa), kacang tanah 355 Ha terdapat di 4 desa, cengkeh luas tanam 1158 Ha terdapat di 11 desa, kopi arabika seluas 691 Ha dan robusta 378 Ha, serta peternakan babi 24.187 ekor terdapat di 13 desa. Untuk Hilirisasinya, hasil pertanian (beras) sudah cukup tinggi, namun masih mengambil luar kabupaten.


PPL Desa Bengkala menyampaikan adanya potensi kunyit yang diolah menjadi jamu oleh kelompok UMKM, dengan lahan yang cukup besar 21,5 Ha yang ditumpangsarikan dengan tanaman hortikultura maupun perkebunan. Kunyit juga diolah menjadi bubuk biofarmaka yang produknya dipasarkan di Desa Tamblang dan kota. #Eka.