Selasa, 4 Juni 2024 Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi Daerah (Balitbang
Inovda) Kabupaten Buleleng melaksanakan Sidang Tim Pengendali Mutu (TPM),
Pembahasan Draf Laporan Akhir Kajian Analisis Produk Unggulan Pertanian Daerah
Kabupaten Buleleng dan Model Hilirisasinya, di ruang rapat setempat. Sidang
dipimpin Kepala Balitbang Inovda Drs. Made Supartawan, M.M., yang dalam
arahannya menyampaikan bahwa kajian ini diperlukan sebagai dasar penyusunan
perka tentang produk unggulan daerah.
Materi Draf Laporan Akhir disampaikan oleh Ketua Tim Pelaksana Dr. Ir.
Putu Suwardike, MP. Dalam paparannya disampaikan mengenai latar belakang
penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup, sasaran/output
penelitian, kebaruan penelitian, pemanfaatan hasil penelitian, metodologi
penelitian yang digunakan dan hasil FGD di tingkat Kecamatan, Hasil Analisa
berdasarkan Location Quotient (LQ) dan Sift Share Analysis, Hilirisasi beberapa
produk seperti kopi, padi, anggur, durian, mangga, strowbery, dan buah yang
lain.
Selanjutnya kegiatan dilanjutkan dengan sesi diskusi dengan peserta rapat
yang dihadiri oleh Perwakilan dari Sekretariat DPRD Kabupaten Buleleng, BPS
Kabupaten Buleleng, Bappeda Kabupaten Buleleng, Dinas Pertanian Kabupaten
Buleleng, Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Buleleng, Dinas
Perdagangan, Perindustrian dan Koperasi UKM Kabupaten Buleleng, Dinas
Pariwisata Kabupaten Buleleng, Bagian Ekbang Setda Kabupaten Buleleng, Ketua
LPPM Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, P3M STAH Negeri Mpu Kuturan
Singaraja, Ketua LPPM Unipas Singaraja, Camat se-Kabupaten Buleleng, serta Anggota
Tim Teknis dan Anggota Tim Penyelenggara Penyusunan Kajian.
BPS Kabupaten Buleleng memberikan saran agar maping tentang potensi unggulan
sudah terukur dan tajam. Selain itu, potret melalui LQ dan Shift Share Analysis
memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satunya jika produk yang memiliki
potensi unggulan dikaitkan dengan laju inflasi, bisa saja sebuah produk
memiliki daya ungkit, namun tidak muncul sebagai produk unggulan dan
menyebabkan terjadinya inflasi. Misalnya, Kubis, Kangkung, Daun Bawang yang
menjadi penyumbang penyebab inflasi Kabupaten Buleleng di bulan Mei.
Saluran pemasaran dan sumber permodalan yang dikaitkan hilirisasi
khususnya padi, untuk di Buleleng mesin penggilingan banyak yang rusak,
sehingga perlu mendapat perhatian dari pemerintah agar biaya pengolahan gabah
bisa ditekan.
Dari Ketua LPPM Undiksha, saran terkait rumus yang digunakan untuk analisa agar simbol-simbol dilengkapi keterangannya dalam laporan. Demikian juga dalam mengukur kontribusi produk, baik demand, kuantitas, lokasi sampai pada kualitas produk.
Terakhir, masukan dari Dinas Pertanian agar dipertimbangkan kembali untuk
pengembangan tembakau rakyat, karena tahun ini hanya 50-55 ha lahan yang
ditanami tembakau, dan itupun dengan status tanah sewaan. Sedangkan untuk
menjadikan produk tersebut bisa dijadikan unggulan didasarkan pada kriteria luasan,
produksi, perputaran ekonomi dan sebaran. Khusus untuk bawang putih merupakan
komoditas prioritas nasional yang harus dikembangkan, sehingga petani di daerah
Tambakan dan Wanagiri perlu didampingi dalam penanamannya. #Eka.