Desa Bali Aga merupakan desa
tradisional yang masih mempertahankan tradisi dan nilai-nilai budaya Bali.
Sebagai desa tradisional Bali Aga memiliki beraneka ragam keunikan yang sulit
ditemukan pada desa-desa lainnya (Andriyani, A. A. I., 2017).
Demikian juga dengan lima
desa yang ada di kawasan Panca Desa, yaitu Sidatapa, Cempaga, Tigawasa, Pedawa
dan Banyusri memiliki beragam keunikan yang sangat manarik untuk dikaji.
Sebagai Desa Bali Aga, Panca Desa memiliki bahasa tradisional yang sangat khas
dibandingkan dengan desa-desa lainnya pada umumnya (Arida, I. N. S., &
Pujani, L. K., 2017). Selain itu, Panca Desa ini juga memiliki keyakinan yang
sama terhadap adanya tempat yang dikramatkan dan pohon serta batu besar yang
menjadi tempat pemujaan. Keyakinan ini membawa nilainilai tradisional tentang
adanya upaya untuk melestarikan lingkungan alam, menjaga tumbuh-tumbuhan serta memulyakan
tanaman dengan mengadakan ngusaba durian (upacara durian). Disisi lain, tradisi
pembuatan rumah tradisional sebagai tempat tinggal keluarga masih menjadi icon
bagi masyarakat Panca Desa. Semua desa yang ada pada Panca Desa memiliki rumah
tradisional yang diberikan sebutkan yang berbeda-beda, seperti Rumah Balai
Gajah Tumpang Salu, Bandung Rangki atau Rumah Saka Roras. Semua rumah
tradisional ini memiliki fungsi sosial dan fungsi spiritual atau tempat untuk
memulyakan Tuhan (Andayani, A. A. I., Martono, E., & Muhamad, M., 2017).
Pada aspek budaya masyarakat Panca Desa memiliki kerajinan ayaman bambu,
kesenian tradisional, kuliner tradisional, kerajinan kayu, pembuatan gula aren
dan proses pembuatan kopi. Semua aktivitas ini dilakukan secara alamiah dengan
penuh ketulusan (Arka, I. W., 2016).
Semua aspek kehidupan masyarakat Panca Desa layak untuk dijadikan sebagai suguhan wisatawan dengan tanpa mengurangi makna dan nilai-nilai tradisional yang dimiliki oleh masyarakat Panca Desa. Bertalian dengan itu, urgen untuk dikembangkan model desa wisata yang relevan dengan kondisi sosial budaya masyarakat. Seperti model desa wisata tradisional yang bertujuan untuk menjadikan desa sebagai destinasi wisata untuk memperkuat tradisi dan nilai-nilai budaya yang ada pada masyarakat (Dewi, M. H. U., 2013; Fauzy dan Putra, 2015). Adanya destinasi wisata dan wisatawan pada Panca Desa tidak menghilangkan roh masyarakat Bali aga sebagai masyarakat tradisional, namun menjadi perekat persatuan masyarakat Panca Desa Bali Aga dan memperkuat adat serta tradisi yang telah terbangun.
(Sumber: Saraswati Jurnal Kelitbangan Kabupaten Buleleng Vol. 2 No. 2
Tahun 2023 Hal. 3-4).