Dalam
bidang budaya masyarakat kawasan Panca Desa Bali Aga memiliki budaya yang unik,
seperti tarian sakral yaitu jenis tarian yang khusus, sebagai bagian dari
pelangkap seremoni keagamaan. Dilakoni oleh remaja, sebagai persembahan kepada
sang Pencipta. Tarian yang dikenal di Daerah Panca Desa Bali Aga antara lain,
Tari Gandrung yang dipentaskan selama 42 hari, Tari Sanghyang, Tari Ngewayon,
Tari Rejang, dan Tari Jangkang.
Tari
jangkang ini ditarikan oleh anak-anak yang telah mengalami pergantian gigi atau
dalam bahasa lokal disebut dengan mepinggah. Pementasan tarian ini mengikuti
hari raya kuningan atau dalam hitungan kalender Bali jatuh pada Redite Umanis
wuku Langkir. Tarian Jangkang mempunyai unsur magis tinggi yang disakralkan
oleh masyarakat dan dipentaskan di Pura Desa Cempaga. Simbolik dibalik tarian
ini yaitu sebagai prajurit perang dharma melawan adharma yang jatuh pada hari
tiga buta Dungulan.
Tari
Baris yaitu dimainkan oleh laki-laki dewasa sebagai simbol peperangan
tradisional. Diiringi dengan gambelan, yang digambarkan pada tarian ini yaitu
sosok pemuda yang gagah berani berkarakter prajurit dan pahlawan (Ratu, C.,
& Adikampana, I. M., 2016). Jenis tarian Baris antara lain: Baris jojor dan
Baris Dadap.
Tari
Pendet merupakan tarian yang menyimbulkan penyambutan dan penuntunan Panca
Dewata turun ke dunia. Pementasan tari pendet biasanya dilakukan di Pura Desa
Cempaga sebagai bentuk pemujaan. Penari tarian ini berjumlah 6 orang, dimulai
dengan 2 orang secara berpasangan (total 4 orang), diikuti dengan seorang
penari jauk dan terakhir dilengkapi dengan Tari Condong. Dengan demikian Tari Pendet
sesungguhnya merupakan gabungan dari beberapa tarian yang menjadi satu.
Tari
Rejang merupakan tarian berkelompok yang bernuansa spiritual. Pementasannya
dilakukan di Pura Puseh Agung Desa Cempaga. Simbolik yang dibawa pada tarian
ini yaitu widyadara dan widyadari sebagai penuntun Dewata Nawa Sanga yang
berstana di Pura tersebut. Ditarikan mulai malam hari sampai pada pagi hari
menjelang berakhirnya upacara di Pura Desa Cempaga. Tari Rejang ditarikan oleh
Wanita bersifat sakral dengan nuansa keanggunan yang mempesona membawa pada
kesan Wanita yang begitu cantik seperti seorang bidadari yang turun dari
kayangan. Pementasan tarian rejang mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat
Cempaga yang setiap kali pementasannya di Pura Desa Cempaga hampir selalu
dipenuhi oleh penonton. Adapun jenis-jenis tari rejang, yaitu: Rejang Beneh,
Rejang Tuding pelayon, Rejang lilit Nyali, Rejang sirig Buntas, Rejang embung
kelor, Rejang kepet, Rejang Galuh, Rejang pengecek Galuh, Rejang dephe, Rejang
Bungkol, Rejang Renteng, Rejang Lilit, Rejang Legong, Rejang unda (Waruwu, D.,
Erfiani, N. M. D., Darmawijaya, I. P., & Kurniawati, N. S. E., 2020).
Tari Selir (Darot) merupakan tarian unik yang sifatnya sakral karena ditarikan dalam kondisi tidak sadarkan diri (dalam kondisi kerauhan). Bagi masyarakat Cempaga tarian ini mempunyai makna tersendiri sebagai tarian magis-religius. Masyarakat meyakini tarian ini sebagai tapakan Ida Batara di Pura Puseh Desa Bale Agung serta merajan dadia masing-masing. Pementasannya dilaksanakan pada puncak acara Hari Raya Kuningan maupun Karya Agung Muayon.
(Sumber: Saraswati Jurnal Kelitbangan Kabupaten Buleleng Vol. 2 No. 2 Tahun 2023 Hal. 6-7).