(0362) 27719
brida@bulelengkab.go.id
Badan Riset dan Inovasi Daerah

Mereview Kembali Era BRIDA, Etos Kerja Perlu Dipertahankan

Admin brida | 12 Agustus 2024 | 1566 kali

Oleh : Made Roy Astika

Saya teringat dengan arahan Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Kabupaten Buleleng Drs. Made Supartawan, M.M., beberapa waktu lalu tentang perubahan kelembagaan dari Balitbang Inovda menjadi BRIDA. Tentang sebuah kalimat agar tetap menjaga etika dan etos kerja.

Memang dengan perubahan kelembagaan ini banyak hal yang juga mengalami perubahan, baik nomenklatur, maupun struktur organisasi. Secara organisatoris BRIDA tidak lagi memiliki Struktural Kepala Bidang, yang ada hanya Kepala Badan, Sekretaris, dan Kasubag Umum dan Keuangan. Struktural yang semula ada  Kepala Bidang, kini berubah total menjadi Jabatan Fungsional (JF). Demikian juga rentang kendali yang dulu secara struktural kepala bidang membawahi beberapa Kepala Sub Bidang, dan staf, tetapi era BRIDA semua rentang kendali langsung di bawah Kepala Badan. Artinya pelaksanan tugas dan kegiatan, langsung diperintah atau sesuai dengan surat tugas dari Kepala Badan.

Penyederhanaan birokrasi yang salah satunya dilakukan melalui pengalihan jabatan struktural menjadi fungsional, akan mengubah struktur organisasi serta pergeseran fungsi manajemen Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini bisa terjadi karena dalam pengalihan jabatan struktural menjadi fungsional, jabatan yang semula memiliki kewenangan yang luas dalam mengambil keputusan dan mengatur tugas-tugas dalam suatu organisasi, menjadi lebih terfokus pada tugas-tugas yang spesifik dan terbatas.

Namun, pengalihan jabatan struktural menjadi fungsional juga dapat menimbulkan beberapa tantangan, seperti perubahan dalam budaya organisasi, ketidakpastian tugas dan tanggung jawab, serta kurangnya pengawasan dan akuntabilitas. Oleh karena itu, perlu adanya perencanaan dan pengelolaan yang matang dalam melakukan pengalihan jabatan struktural menjadi fungsional untuk mencapai tujuan penyederhanaan birokrasi yang diinginkan.

Dari uraian tersebut, yang paling ekstrim tentu tidak ada lagi hubungan atasan dan bawahan dalam rangka pembinaan staf, dalam kelompok tertentu (dulu bidang-Red). Inilah yang terkadang dimanfaatkan oleh staf dengan lebih leluasa untuk membuat alasan bertindak semaunya sendiri tanpa etika dan koordinasi, akibat tidak ada lagi atasan langsung yang melakukan penilaian. Misalnya dalam pelaksanaan tugas keseharian, terkadang bisa menolak, atau ogah-ogahan, bahkan berani mengelak dengan alasan bukan atasannya, sampai tidak minta ijin kalau tidak masuk kantor. Seolah tidak ada lagi etika, tata krama, dan koordinasi yang baik.

Nah apapun itu namanya, perubahan dari struktural ke fungsional tentu dilakukan untuk melaksanakan efektivitas tugas-tugas yang memiliki tujuan baik. Hanya saja sekarang tetap semuanya tergantung  kepada oknum personil yang ada. Paling tidak masih memiliki rasa malu, kalau tidak membantu melaksanakan tugas,  masih memiliki etika pergaulan dengan yang lebih tua, dan yang lebih senior dari kepangkatan.

Semuanya kembali kepada pribadi masing-masing, semoga BRIDA Buleleng tetap tampil KOMPAK dan menjalankan tugas dengan hati nurani dan kebersamaan tanpa meninggalkan etika dan tata krama pergaulan kita.